Reproduksi adalah proses melanjutkan keturunan. Seperti halnya mamalia lainnya, reproduksi manusia terjadi secara seksual, fertilisasi internal, melahirkan dan menyusui anaknya.
Reproduksi seksual manusia diawali dengan perkawinan atau kopulasi (pada manusia disebut coitus) yaitu pemindahan sperma dari sistem organ reproduksi pria kedalam sistem organ reproduksi wanita. Alat kopulasi laki-laki berupa penis dan alat kopulasi wanita adalah vagina.
Fertilisasi atau pembuahan merupakan penyatuan 2 gamet jantan dan betina yang masing-masing mengandung kromosom haploid (n). Sel gamet pada laki-laki berupa sperma dan pada wanita berupa ovum, keduanya akan menyatu membentuk zigot yang diploid (2n). Fertilisasi pada manusia terjadi secara internal artinya pembuahan terjadi didalam tubuh yaitu di dalam organ reproduksi wanita tepatnya di dalam saluran telur (oviduct). Jenis kelamin calon individu baru ditentukan oleh sepasang kromosom seks yang dibawa oleh ovum dan sperma. Ovum hanya mengandung kromosom x, sedangkan sperma ada 2 jenis yaitu sperma yang mengandung kromosom x dan sperma yang mengandung kromosm y. Jika sperma x yang berhasil membuahi ovum, maka akan terbentuk individu baru berjenis kelamin perempuan, sebaliknya bila yang berhasil membuahi adalah sperma y maka berjenis kelamin laki-laki. Jadi sel gamet penentu jenis kelamin adalah sperma.
Ovum yang telah dibuahi terus bergerak menuju rahim (uterus) dan tertanam dalam dinding rahim. Proses penanaman hasil pembuahan di dalam didinding rahim ini disebut implantasi atau nidasi. Proses selanjutnya adalah kehamilan (gestasi) yaitu proses perkembangan embrio sejak terjadinya konsepsi hingga terjadi kelahiran. Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) sejak terjadinya konsepsi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi yang terakhir. Kehamilan berakhir hingga terjadi partus atau kelahiran, yaitu proses keluarnya bayi dan plasenta.
Organ-organ reproduksi manusia mulai aktif berfungsi pada waktu seseorang memasuki masa pubertas, terjadinya hal ini disertai perubahan fisik dan psikhis. Dengan mulai aktifnya hormon seksual menyebabkan munculnya perilaku seksual dan dorongan seksual. Jika hal ini tidak dikendalikan dengan baik dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan seperti infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV, infeksi saluran reproduksi, tumor/kanker, kehamilan diluar nikah, kemandulan akibat abortus, dimana sebagian besar fihak yang dirugikan adalah perempuan.
Untuk itu bagi para remaja; khususnya remaja putri harus mengetahui dan memahami dirinya sendiri, mengenal cara kerja dan fungsi tubuhnya, menemukan informasi yang benar untuk dapat memelihara kesehatan reproduksi, agar dikemudian hari dapat menghasilkan keturunan yang sehat berkualitas dan hidup bahagia sejahtera.